Kamis, 14 November 2013

Pembelajaran Konsumen

    A. Pengertian Pembelajaran
Pembelajaran adalah setiap perubahan perilaku yang relatif permanen, terjadi sebagai hasil dari pengalaman. Definisi sebelumnya menyatakan bahwa seorang manusia dapat melihat perubahan terjadi tetapi tidak pembelajaran itu sendiri. pembelajaran telah terjadi ketika seorang individu berperilaku, bereaksi, dan merespon sebagai hasil dari pengalaman dengan satu cara yang berbeda dari caranya berperilaku 

Konsumen didalam melakukan pembelian secara sadar ataupun tidak pasti secara otomatis mereka melakukan pembelaran secara tidak langsung, disaat membeli produk konsumen melihat kemasan, kualitas dan mempertimbangkan harga, jika mereka menyukai produk tersebut setelah mencoba satu kali maka mereka akan kembali membel tapi jika tidak maka itu bias menjadi pembelajaran agar lebih teliti dan cermat memilih produk dan jasa, konsumen semakin hari semakin cerdas dalam menilai suatu produk karena mereka belajar dari pengalaman dari waktu ke waktu.

   B.  Teori Pembelajaran
     1 .  TEORI BELAJAR HUMANISTIK
Abraham Maslow dan Carl Rogers termasuk kedalam tokoh kunci humanisme. Tujuan utama dari humanisme dapat dijabarkan sebagai perkembangan dari aktualisasi diri manusia automomous. Dalam humanisme, belajar adalah proses yang berpusat pada pelajar dan dipersonalisasikan, dan peran pendidik adalah sebagai seorang fasilitator.
Afeksi dan kebutuhan kognitif adalah kuncinya, dan goalnya adalah untuk membangun manusia yang dapat mengaktualisasikan diri dalam lingkungan yang kooperatif dan suportif. Dijelaskan juga bahwa pada hakekatnya setiap manusia adalah unik, memiliki potensi individual dan dorongan internal untuk berkembang dan menentukan perilakunya. Kerana itu dalam kaitannya maka setiap diri manusia adalah bebas dan memiliki kecenderungan untuk tumbuh dan berkembang mencapai aktualisasi diri.
2.TEORI BELAJAR BEHAVIORISTIK
Menurut teori behavioristik, belajar adalah perubahan tingkah laku sebagai akibat dari adanya interaksi antara stimulus dan respon. Seseorang dianggap telah belajar sesuatu apabila ia mampu menunjukkan perubahan tingkah laku. Dengan kata lain, belajar merupakan bentuk perubahan yang dialami siswa dalam hal kemampuannya untuk bertingkah laku dengan cara yang baru sebagai hasil interaksi antara stimulus dan respon.
3.TEORI PEMBELAJARAN SOSIAL
Teori Perilaku (Bandura)
Konsep motivasi belajar berkaitan erat dengan prinsip bahwa perilaku yang memperoleh penguatan(reinforcement) di masa lalu lebih memiliki kemungkinan diulang dibandingkan dengan perilaku yang tidak memperolehpenguatan atau perilaku yang terkena hukuman (punishment). Dalam kenyataannya, daripada membahas konsep motivasi belajar, penganut teori perilaku lebih memfokuskan pada seberapa jauh siswatelah belajar untuk mengerjakan pekerjaan sekolah dalam rangka mendapatkan hasil yang diinginkan (Bandura, 1986 dan Wielkeiwicks, 1995).
4. TEORI BELAJAR KOGNITIF
AUSUBEL : TEORI BELAJAR BERMAKNA
Ausubel berpendapat bahwa guru harus dapat mengembangkan potensi kognitif siswa melalui proses belajar yang bermakna. Sama seperti Bruner dan Gagne, Ausubel beranggapan bahwa aktivitas belajar siswa, terutama mereka yang berada di tingkat pendidikan dasar- akan bermanfaat kalau mereka banyak dilibatkan dalam kegiatan langsung. Namun untuk siswa pada tingkat pendidikan lebih tinggi, maka kegiatan langsung akan menyita banyak waktu. Untuk mereka, menurut Ausubel, lebih efektif kalau guru menggunakan penjelasan, peta konsep, demonstrasi, diagram, dan ilustrasi.

   C.  Ilustrasi Teori pembelajaran
1) Ilustrasi dari classical conditioning(membiasakan)
- Pavlov àeksperimen terhadap anjing
- Membiasakan sesuatu kepada konsumen sehingga ada stimulus
2) Ilustrasi dari instrumental conditioning(belajar dari kesalahan)
- Jika suatu stimulus yang diberikan mendapat respon negative atas pengalamannya dimasa lalu maka konsumen tidak akan menerima stimulus tersebut untuk masa akan datang (belajar dari kesalahan)
3) Ilustrasi dari cognitive learning
- konsumen berprilaku menyelesaikan masalah
- Masalah tersebut diselesaikan dengan cara mencari informasi berbagai produk yang mungkin menyelesaikan masalah yang di hadapi.
4) Ilustrasi pembelajaran pasif
- penerapannya pada media sebagai sarana memasang iklan (produk dengan tingkat keterlibatan rendah.
- Sebaiknya iklan menampilkan sisi lain tidak bersifat informasional tetapi berupa symbol-simbol dan penimbulan kesan dalam penyampaian pesan terhadap konsumen

    D. Relevansi Pengaruh Perilaku Dan Cognitive Learning Pada Pemasaran
Cognitive learning adalah hasil dari mendengarkan, menyaksikan, menyentuh atau mengalami; mencoba.
Cognitive learning adalah suatu mekanisme yang kuat yang menyediakan rata-rata dari pengetahuan. 
 Pendekatan perilaku mungkin akan sangat cocok untuk kondisi yang aktivitas kognitifnya (pengenalan masalah, pencarian informasi yang ekstensif, evaluasi alternatif, mengambil keputusan dan mengevaluais keputusan pembelian) adalah minimal. Pendekatan perilaku akan cocok untuk konsumen yang tidak begitu terlibat dalam pembelian produk. Mungkin mereka akan merasa membuang-buang waktu untuk mencari infomasi yang berhubungan dengan pembelian pasta gigi, sabun mandi, dan lain-lain. Teori pembelajaran kognitif lebih relevan untuk produk yang penting dan memerlukan keterlibatan tinggi.

    E.  Loyalitas Konsumen
Loyalitas konsumen merupakan suatu  komitmen yang tinggi untuk membeli kembali suatu produk atau jasa yang disukai di masa mendatang, disamping pengaruh situasi dan usaha pemasar  dalam merubah perilaku. Dengan kata lain konsumen akan setia  untuk melakukan pembelian ulang secara terus-menerus(Oliver dalam Taylor, Celuch, dan Goodwin, 1999:218)
Menurut Sutisna (2001: 41) Loyalitas konsumen dapat  dikelompokkan kedalam dua kelompok yaitu loyalitas merek (brand loyalty) dan loyalitas toko (store loyalty).
Tjiptono (2002:85) mengemukakan enam indikator yang bisa digunakan untuk mengukur loyalitas konsumen yaitu :
1.     Pembelian ulang
2.    Kebiasaan mengkonsumsi merek tersebut
3.    Selalu menyukai merek tersebut
4.    Tetap memilih merek tersebut
5.    Yakin bahwa merek tersebut yang terbaik
6.    Merekomendasikan merek tersebut pada orang lain.

Faktor-faktor yang mempengaruhi loyalitas konsumen :
1.   Nilai(Harga dan kualitas)
2.  Citra (baik dari kepribadian yang dimilikinya dan reputasi  dari merek tersebut)
3.  Kenyamanan dan kemudahan untuk mendapatkan produk tersebut
4.  Kepuasan yang dirasakan konsumen
5.  Pelayanan dengan kualitas baik
6.  Adanya garansi
Tingkat loyalitas konsumen terdiri dari empat tahap :
Loyalitas Kognitif. Tahap dimana pengetahuan langsung maupun tidak langsung konsumen akan merek, manfaat dan dilanjutkan kepembelian berdasarkan keyakinan akan superioritas yang ditawarkan. Dasar kesetiaan adalah informasi tentang produk atau jasa yang tersedia bagi konsumen.
Loyalitas Afektif. Sikap favorable konsumen terhadap merek merupakan hasil dari konfirmasi yang berulang dari harapannya selama tahap cognitively loyalty berlangsung. Dasar kesetiaan konsumen adalah sikap dan komitmen terhadap produk dan jasa, sehingga telah terbentuk suatu hubungan yang lebih mendalam antara konsumen dengan penyedia produk atau jasa dibandingkan pada tahap sebelumnya.
Loyalitas Konatif. Intensi membeli ulang sangat kuat dan memiliki keterlibatan tinggi yang merupakan dorongan motivasi.
Loyalitas Tindakan. Menghubungkan penambahan yang baik untuk tindakan serta keinginan untuk mengatasi kesulitan seperti pada tindakan kesetiaan.



    F.  Pembelajaran Vicarious
Pembelajaran Vicarious (Pencontohan) menyangkut pembelajaran melalui observasi, yang memadukan aspek – aspek dari teori pembelajaran kognitif dan perilaku. Pembelajaran Vicarious merujuk pada suatu proses yang berusaha mengubah perilaku dengan meminta individu mengamati tindakan orang lain


Tidak ada komentar:

Posting Komentar