A. Pengertian Pembelajaran
Pembelajaran adalah
setiap perubahan perilaku yang relatif permanen, terjadi sebagai hasil dari pengalaman.
Definisi sebelumnya menyatakan bahwa seorang manusia dapat
melihat perubahan terjadi
tetapi tidak pembelajaran itu sendiri. pembelajaran telah terjadi ketika
seorang individu berperilaku, bereaksi, dan merespon sebagai hasil dari
pengalaman dengan satu cara yang berbeda dari caranya berperilaku
Konsumen didalam
melakukan pembelian secara sadar ataupun tidak pasti secara otomatis mereka
melakukan pembelaran secara tidak langsung, disaat membeli produk konsumen
melihat kemasan, kualitas dan mempertimbangkan harga, jika mereka menyukai
produk tersebut setelah mencoba satu kali maka mereka akan kembali membel tapi
jika tidak maka itu bias menjadi pembelajaran agar lebih teliti dan cermat
memilih produk dan jasa, konsumen semakin hari semakin cerdas dalam menilai
suatu produk karena mereka belajar dari pengalaman dari waktu ke waktu.
B. Teori Pembelajaran
1 . TEORI BELAJAR HUMANISTIK
Abraham Maslow dan Carl Rogers termasuk kedalam tokoh
kunci humanisme. Tujuan utama dari humanisme dapat dijabarkan sebagai
perkembangan dari aktualisasi diri manusia automomous. Dalam humanisme, belajar
adalah proses yang berpusat pada pelajar dan dipersonalisasikan, dan peran
pendidik adalah sebagai seorang fasilitator.
Afeksi dan kebutuhan kognitif adalah kuncinya, dan
goalnya adalah untuk membangun manusia yang dapat mengaktualisasikan diri dalam
lingkungan yang kooperatif dan suportif. Dijelaskan juga bahwa pada hakekatnya
setiap manusia adalah unik, memiliki potensi individual dan dorongan internal
untuk berkembang dan menentukan perilakunya. Kerana itu dalam kaitannya maka
setiap diri manusia adalah bebas dan memiliki kecenderungan untuk tumbuh dan berkembang
mencapai aktualisasi diri.
2.TEORI BELAJAR BEHAVIORISTIK
Menurut teori behavioristik, belajar adalah perubahan
tingkah laku sebagai akibat dari adanya interaksi antara stimulus dan respon.
Seseorang dianggap telah belajar sesuatu apabila ia mampu menunjukkan perubahan
tingkah laku. Dengan kata lain, belajar merupakan bentuk perubahan yang dialami
siswa dalam hal kemampuannya untuk bertingkah laku dengan cara yang baru
sebagai hasil interaksi antara stimulus dan respon.
3.TEORI PEMBELAJARAN SOSIAL
Teori Perilaku (Bandura)
Konsep motivasi belajar berkaitan erat dengan
prinsip bahwa perilaku yang memperoleh penguatan(reinforcement) di masa
lalu lebih memiliki kemungkinan diulang dibandingkan dengan perilaku yang tidak
memperolehpenguatan atau perilaku yang terkena hukuman (punishment).
Dalam kenyataannya, daripada membahas konsep motivasi belajar, penganut teori
perilaku lebih memfokuskan pada seberapa jauh siswatelah belajar
untuk mengerjakan pekerjaan sekolah dalam rangka mendapatkan hasil
yang diinginkan (Bandura, 1986 dan Wielkeiwicks, 1995).
4. TEORI BELAJAR KOGNITIF
AUSUBEL : TEORI BELAJAR BERMAKNA
Ausubel berpendapat bahwa guru harus dapat
mengembangkan potensi kognitif siswa melalui proses belajar yang bermakna. Sama
seperti Bruner dan Gagne, Ausubel beranggapan bahwa aktivitas belajar siswa,
terutama mereka yang berada di tingkat pendidikan dasar- akan bermanfaat kalau
mereka banyak dilibatkan dalam kegiatan langsung. Namun untuk siswa pada
tingkat pendidikan lebih tinggi, maka kegiatan langsung akan menyita banyak
waktu. Untuk mereka, menurut Ausubel, lebih efektif kalau guru menggunakan
penjelasan, peta konsep, demonstrasi, diagram, dan ilustrasi.
C. Ilustrasi Teori
pembelajaran
1) Ilustrasi dari classical conditioning(membiasakan)
- Pavlov àeksperimen terhadap anjing
- Membiasakan sesuatu kepada konsumen sehingga ada stimulus
1) Ilustrasi dari classical conditioning(membiasakan)
- Pavlov àeksperimen terhadap anjing
- Membiasakan sesuatu kepada konsumen sehingga ada stimulus
2) Ilustrasi dari instrumental conditioning(belajar
dari kesalahan)
- Jika suatu stimulus yang diberikan mendapat respon negative atas pengalamannya dimasa lalu maka konsumen tidak akan menerima stimulus tersebut untuk masa akan datang (belajar dari kesalahan)
3) Ilustrasi dari cognitive learning
- konsumen berprilaku menyelesaikan masalah
- Masalah tersebut diselesaikan dengan cara mencari informasi berbagai produk yang mungkin menyelesaikan masalah yang di hadapi.
4) Ilustrasi pembelajaran pasif
- penerapannya pada media sebagai sarana memasang iklan (produk dengan tingkat keterlibatan rendah.
- Sebaiknya iklan menampilkan sisi lain tidak bersifat informasional tetapi berupa symbol-simbol dan penimbulan kesan dalam penyampaian pesan terhadap konsumen
- Jika suatu stimulus yang diberikan mendapat respon negative atas pengalamannya dimasa lalu maka konsumen tidak akan menerima stimulus tersebut untuk masa akan datang (belajar dari kesalahan)
3) Ilustrasi dari cognitive learning
- konsumen berprilaku menyelesaikan masalah
- Masalah tersebut diselesaikan dengan cara mencari informasi berbagai produk yang mungkin menyelesaikan masalah yang di hadapi.
4) Ilustrasi pembelajaran pasif
- penerapannya pada media sebagai sarana memasang iklan (produk dengan tingkat keterlibatan rendah.
- Sebaiknya iklan menampilkan sisi lain tidak bersifat informasional tetapi berupa symbol-simbol dan penimbulan kesan dalam penyampaian pesan terhadap konsumen
D. Relevansi Pengaruh
Perilaku Dan Cognitive Learning Pada Pemasaran
Cognitive learning adalah hasil dari mendengarkan,
menyaksikan, menyentuh atau mengalami; mencoba.
Cognitive learning adalah suatu mekanisme yang kuat
yang menyediakan rata-rata dari pengetahuan.
Pendekatan
perilaku mungkin akan sangat cocok untuk kondisi yang aktivitas kognitifnya
(pengenalan masalah, pencarian informasi yang ekstensif, evaluasi alternatif,
mengambil keputusan dan mengevaluais keputusan pembelian) adalah minimal.
Pendekatan perilaku akan cocok untuk konsumen yang tidak begitu terlibat dalam
pembelian produk. Mungkin mereka akan merasa membuang-buang waktu untuk mencari
infomasi yang berhubungan dengan pembelian pasta gigi, sabun mandi, dan
lain-lain. Teori pembelajaran kognitif lebih relevan untuk produk yang penting
dan memerlukan keterlibatan tinggi.
E. Loyalitas Konsumen
Loyalitas konsumen merupakan suatu komitmen yang tinggi untuk membeli kembali
suatu produk atau jasa yang disukai di masa mendatang, disamping pengaruh
situasi dan usaha pemasar dalam merubah
perilaku. Dengan kata lain konsumen akan setia untuk melakukan pembelian ulang secara
terus-menerus(Oliver dalam Taylor, Celuch, dan Goodwin, 1999:218)
Menurut Sutisna (2001: 41) Loyalitas konsumen
dapat dikelompokkan kedalam dua kelompok
yaitu loyalitas merek (brand loyalty) dan loyalitas toko (store loyalty).
Tjiptono (2002:85) mengemukakan enam indikator yang
bisa digunakan untuk mengukur loyalitas konsumen yaitu :
1.
Pembelian ulang
2.
Kebiasaan mengkonsumsi merek
tersebut
3.
Selalu menyukai merek
tersebut
4.
Tetap memilih merek
tersebut
5.
Yakin bahwa merek
tersebut yang terbaik
6.
Merekomendasikan merek
tersebut pada orang lain.
Faktor-faktor yang mempengaruhi loyalitas konsumen :
1. Nilai(Harga dan kualitas)
2. Citra (baik dari kepribadian yang dimilikinya dan reputasi dari merek tersebut)
3. Kenyamanan dan kemudahan untuk mendapatkan produk tersebut
4. Kepuasan yang dirasakan konsumen
5. Pelayanan dengan kualitas baik
6. Adanya garansi
Tingkat loyalitas
konsumen terdiri dari empat tahap :
Loyalitas Kognitif. Tahap dimana pengetahuan langsung
maupun tidak langsung konsumen akan merek, manfaat dan dilanjutkan kepembelian
berdasarkan keyakinan akan superioritas yang ditawarkan. Dasar kesetiaan adalah
informasi tentang produk atau jasa yang tersedia bagi konsumen.
Loyalitas Afektif. Sikap favorable konsumen
terhadap merek merupakan hasil dari konfirmasi yang berulang dari harapannya
selama tahap cognitively loyalty berlangsung. Dasar kesetiaan
konsumen adalah sikap dan komitmen terhadap produk dan jasa, sehingga telah
terbentuk suatu hubungan yang lebih mendalam antara konsumen dengan penyedia
produk atau jasa dibandingkan pada tahap sebelumnya.
Loyalitas Konatif. Intensi membeli ulang sangat kuat
dan memiliki keterlibatan tinggi yang merupakan dorongan motivasi.
Loyalitas Tindakan. Menghubungkan penambahan yang
baik untuk tindakan serta keinginan untuk mengatasi kesulitan seperti pada
tindakan kesetiaan.
F. Pembelajaran Vicarious
Pembelajaran Vicarious (Pencontohan) menyangkut
pembelajaran melalui observasi, yang memadukan aspek – aspek dari teori
pembelajaran kognitif dan perilaku. Pembelajaran Vicarious merujuk pada suatu
proses yang berusaha mengubah perilaku dengan meminta individu mengamati
tindakan orang lain
Tidak ada komentar:
Posting Komentar